Tuesday, 21 May 2019

Tak Sesederhana Hitam & Putih

Bukan Caleg
Masa lalu memang jelmaan dari kematian yang tidak bisa dirubah. Namun setiap inci perjalanannya adalah kandungan pelajaran yang tak ternilai. Keberadaannya seperti kaca, refleksi dari kepribadian kita hari ini.

Menjadi santri adalah identitas hidup yang pernah kujalani. Melukis kaligrafi adalah kegiatan ekstrakulikuler yang pernah kugeluti. Aku mempelajari bahwa warna dasar dari setiap lukisan adalah hitam dan putih. Namun turunan keduanya, mampu melahirkan warna yang beraneka ragam.

Keberagaman yang menghilangkan warna dasarnya, namun malah memperkaya keindahan lukisan. Membuat warna hitam dan putih menjadi sulit untuk dilacak primordialnya. Uniknya, harmoni warna yang beragam tersebut melahirkan lukisan yang membuatnya nampak hidup. Seolah-olah ada jiwa sang pelukis yang membersamainya.

Bauran antar warna membuat goresan cat seperti menyatu. Tak lagi sesederhana hitam dan putih. Menghilangkan kekakuan. Tak ada lagi garis pembatas yang jelas. Melebur semuanya.

Aku tak sedang ingin mengelaborasi keindahan sebuah lukisan. Namun aku hanya ingin mempertegas bahwa kita hidup dalam dunia yang dinamis. Interaksi antar makhluk tidak dibangun dengan pendekatan dua kutub. Hitam dan putih. Baik dan buruk. Terpuji dan tercela serta sederet pembatas lainnya. Ruang hidup kita juga menjalar di antara keduanya.

Kita hidup dengan banyak warna, kaya rasa, penuh kesan dan senantiasa membuka lebar bagi setiap kemungkinan yang datang tiba-tiba. Satu satunya kesimpulan yang utuh tentang sebuah kepribadian, hanya boleh kita lakukan setelah kita memandang realitas secara lengkap. Dan itu tak mungkin. Karena kita bukan Tuhan.

Terkesan relatif? Betul, tak satupun manusia yang saling berdampingan setiap saat. Kita dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita bersifat relatif, Tuhan bersifat mutlak. Kita terbatas, Tuhan tanpa batas. Karena kita sama-sama manusia.

Jadi sayangku, jangan marah jika aku selalu berubah. Seperti ingin tapi tak ingin. Kita sama sama dititipi gen bernama "fitrah" oleh yang Maha Kuasa. Itu lumrah. Akupun sebaliknya, takkan ambil pusing tentang dirimu yang susah ditebak. Kecup jauh, *mmuaaaah..

Baca juga : Cinta yang Materi



0 komentar:

Post a Comment