Tuesday, 28 May 2019

Supremasi Hukum yang Kita Rindukan

Depan Mahkamah Konstitusi
Kebosanan tak ubahnya seperti penyakit. Kehadirannya menggerogoti waktu produktif manusia. Turunannya berupa keenganan dalam melakukan aktivitas apapun. Tak jelas. Jika sudah demikian, kita seperti tak punya tujuan hidup. Persis, itulah yang sedang kualami.

Untuk mengobati kegabutan, aku memutuskan nonton film action Mandarin. Judulnya Call of Heroes. Panggilan Kepahlawanan. Latar setting cerita tahun 1900-an, saat China dihadapkan pada perebutan kekuasaan usai runtuhnya dinasti Qing.

Aku suka sekali dengan karakter yang diperankan oleh Sean Lau pada film ini. Sosok penjaga desa yang bertugas melindungi warga. Pembawaannya kharismatik, tenang dan tegas. Selain itu, tentu saja karena ketangkasannya dalam bela diri.

Konflik dimulai ketika salah seorang anak petinggi militer membunuh warga desa yang dijaga oleh Sean Lau. Peristiwa yang membawanya pada kondisi pelik. Antara penegakan hukum, berhadapan dengan kekuatan mililer, serta warga yang lebih memilih untuk berdamai karena ketakutan. Adegan tersebut sekaligus memperlihatkan realitas yang kerap kita hadapi di kehidupan nyata. Hukum sering tak berkutik jika sudah diintervensi penguasa.

Alur cerita yang begitu epik, akhirnya membawa warga pada kesadaran bahwa mereka harus melawan. Keadilan bukan kerja individu, tapi anak dari gotong royong yang dibangun sama sama. Walhasil Perang berkobar. Rakyat versus penguasa dan berakhir dengan kemenangan rakyat.

Film ini mengingatkanku pada film The Law Abiding Citizen. Seorang warga negara yang dikebiri hak hukumnya oleh pengadilan, berbalik menghukum negara dengan kecerdasannya. Gerard Butler (Tokoh utama) geram kepada jaksa karena membebaskan pelaku pembunuh istrinya. Akhirnya dia balas dendam, tak hanya memutilasi pelaku, dia juga meneror negara atas segala kesalahannya.

Realitas yang selalu kita rindukan. Supremasi hukum yang berkeadilan. Walaupun dalam perjalanannya, seringkali bertekuk lutut jika sudah dihadapkan pada godaan materi dan intimidasi penguasa.

Baca juga : Perang Tanding Versus Kaum Rentenir


0 komentar:

Post a Comment