Wednesday, 29 May 2019

Berguru pada Alam

Berguru pada Alam
Manusia adalah anak dari lingkungannya. Alam laksana guru terbaik yang siap menerima murid dari kalangan mana saja. Tanpa sekat ras, suku dan teritorial. Mereka yang senantiasa melebur dengan alam dianggap sebagai manusia berpengalaman. Luas cakrawalanya serta kaya perspektifnya.

Alam menyebarkan nilai-nilai universal yang bisa diadopsi siapapun, kapanpun dan dimanapun. Tak condong pada kelompok tertentu, atau satu golongan saja. Alam membuka dirinya untuk semua kalangan tanpa pilih kasih. Satu satunya guru yang membawa ajaran paling konsisten adalah alam. Muatan nilai yang dibawanya selalu menyampaikan realitas secara jujur.

Satu waktu kita bisa belajar dari tanah. Tempat berpijak bagi semua makhluk hidup. Pondasi segala entitas. Sumber kehidupan paling vital. Tak satupun aktivitas yang mampu melepaskan ikatan dari tanah. Walau terinjak tetap memberikan sumber kehidupan untuk semesta.

Air juga berperan sebagai guru dengan ajaran yang tak kalah penting. Ia mengalir dari tempat tinggi ke lokasi yang rendah. Mengandung ajaran tentang rendah hati. Mudah menyesuaikan diri. Fleksibel. Air beriak tanda tak dalam. Orang yang banyak omong, refleksinya dangkal. Terlalu sering berbicara membuatnya lupa menunaikan kata.

Angin juga guru yang baik. Hembusan sepoi sepoinya mampu membuat kita pulas keenakan. Namun kehadirannya lewat sapuan badai puting beliung, mampu menerbangkan gedung bertingkat sekalipun. Tak segan merontokkan pondasi bangunan yang sudah mengakar. Serupa seperti api, kecilnya menjadi sahabat. Besarnya, akan melumat apapun yang masuk dalam kobaran.

Kita juga bisa menyimak siasat dari kabut. Kehadirannya menutupi realitas. Terlihat namun tak tersentuh. Mengaburkan pandangan, mendistorsi kebenaran serta berpotensi membelokkan persepsi orang kebanyakan. Kabut yang menyelimuti jalanan sangat berpotensi menyebabkan tabrakan beruntun.

Pada akhirnya, fenomena alam seperti koin yang selalu menyimpan dua sisi berlawanan. Punya sisi baik dan sisi buruk. Tergantung bagaimana cara kita mengendalikannya. Ada ajaran lain dari alam yang harus kita adopsi?

Artikel Terkait : Bersahabat dengan Alam


0 komentar:

Post a Comment