Tuesday 4 June 2019

Homo Homini Lupus

Sumber ilustrasi : idntimes.com
Aku yakin, awal kehidupan manusia, belum ada pembagian orang orang berdasarkan desa dan kota. Karena akar mula kehidupan manusia pasti dari hutan belantara. Perjalanan zaman akhirnya menuntun mereka pd kemajuan peradaban.

Gerak peradaban yang tidak berjalan serentak dan menyebar merata, menjadikan manusia terbagi dalam beberapa klasifikasi. Lahirlah penamaan orang kota dan orang desa. Bahkan di beberapa daerah, masih ada suku pedalaman yang hidupnya dari hutan ke hutan.

Tingkat peradaban yang tidak sama, sering membuka peluang bagi satu pihak untuk mengeksploitasi pihak lain. Perbedaan pemahaman tentu tidak masalah jika tak saling bersinggungan dalam satu ruang. Namun akan menjadi persoalan bila keduanya terlibat dalam satu lingkar kehidupan.

Kita masuk sejenak pd kehidupan orang Rimba. Berabad abad mereka hidup secara nomaden di hutan. Sekalipun dunia sudah berumur 21 abad, orang rimba masih setia dengan jalan hidup berburu dan meramu. Sampai saat ini. Hutan adalah jantung kehidupan mereka. Habitat alam yang betul betul darinya, darah mereka dipompa.

Hidup tanpa rumah, tanpa pakaian dan tanpa agama. Dalam bahasa sederhana, terbelakang. Tentu saja menurut sudut pandang diluar orang rimba. Karena jika dari perspektif orang rimba, bisa jadi sebaliknya. Orang orang kotalah yang tidak modern, karena sangat tergantung pada alat. Tidak mandiri.

Jelas sampai di atas, antara orang kota dan orang rimba punya landasan sendiri-sendiri dalam menjalani kehidupan. Sampai satu titik, gempuran modernitas merangsek masuk hutan. Memaksa orang rimba masuk pd cara berpikir orang kota. Takluklah mereka.

Hutan sebagai rumah, lama lama tergerus oleh perkebunan. Tanaman industri yang didomestifikasi, menyedot keberagaman hayati sebagai kekayaan alam dan bekal hidup orang rimba. Pilihan yang tersedia hanya dua, menghindari perubahan lalu kalah, atau mengikuti perubahan namun terbelakang.

Buntut pilihan kedua, rentan melahirkan penghisapan dari mereka yang punya akses pengetahuan lebih. Lalu, benarlah apa yang sudah diramalkan Thomas Hobbes, Homo Homini Lupus. Manusia adalah srigala bagi manusia lainnya. Aih... Ngeuri betul!


0 komentar:

Post a Comment