Friday, 8 November 2013

Cemara III No 42, De Urgen of Silaturrahmi


Kamis, 30 Mei 2013
Tadi malam kami dapat undangan dari bang Imam untuk menghadiri momen pertambahan umur bagi bang Haris mantan ketua Hijau Hitam cabang Bogor. Banyak hal yang kami dapatkan dari pertemuan tersebut. Kebetulan perwakilan yang datang dari hijau hitam Tazkia malam itu hanya aku dan Ilo. Inilah yang harus diperbaiki kedepannya, menejemen informasi yang kurang bagus dalam kebersamaan kami. sehingga terjadi ketidak merataan info yang beredar dikalangan hijau hitam Tazkia “kita akan semakin solid dengan banyaknya kebersamaan yang kita jalani, jadikan info sebagai perekatnya untuk kemudian dijadikan komando atas kebersamaan selanjutnya”, begitulah saran Harapan yang kuterima malam ini.

Sebelum menuju lokasi aku ke Dramaga terlabih dahulu untuk menyusul Ilo yang telah datang duluan, sekalian langsung kutemui Fawas salah seorang anak matriks untuk kemudian langsung kupinang agar bergabung dengan Badan Eksekutuif Mahasiswa tazkia, tepatnya dikementrian Komunikasi dan Informasi. Al-hammdulillah semuanya berjalan lancar. Setelah itu kamipun berangkat menuju lokasi yakni di perumahan Yasmin. Karena tdak tahu dimana lokasinya, kamipun terpaksa harus berhenti di bunderan yang berada di tengah perumahan Taman Yasmin. Beberapa menit kemudian alamat yang dituju sudah kami dapatkan dari Malik si ketua komisariat, Cemara III no 42. 

Sesampainya disana kami langsung disambut oleh bang Ikir salah satu senior perikanan, kamipun langsung diperkenalkan dengan orang-orang yang berada disana salah satunya bang Haris sang mantan ketua cabang yang punya hajat hari ini. Dan inilah bagian yang kusenangi dalam setiap silaturrahmi ke tempat abang-abang “makan”, kami langsung diarahkan untuk makan. Ternyata acara telah dimulai dari ba’da maghrib tadi. Begiitulah budaya yang terbangun dalam Hijau Hitam, semakin larut semakin semakin hidup. Tak lama kemudian temen-temen yang lainpun berdatangan.

Mereka memang paling pintar membuat kita seakan-akan penting. Hal ini bisa dilihat dari perngahargaan yang diberikan para abang-abang terhadap pendapat yang kami lontarkan tatkala diminta untuk berpendapat tentang Hijau Hitam. Padahal siapalah kami? Tentunya kita semua juga sudah mempunyai kesimpulan masing-masing terkait apa yang harus kita perbaiki dalam Hijau Hitam ini. Tentunya ini juga menjadi pembelajaran untuk diterapakan di ruang lingkup yang lebih besar. Memposisikan temen bicara sebagai orang penting. Antusias dan terus gali apa yang mereka ketahui, ternyata merupakan jurus ampuh dalam komunikasi. Setiap insan punya pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Nah inilah yang harus kita gali dan pelajari dari mereka, bagaimana agar mendatangkan suasana yang win win solution.

Suasanapun semakin seru dengan merangkaknya sang rembulan menuju peraduannya yang tertinggi untuk selanjutnya kembali menurun sebagai pertanda bahwa hari bergerak menuju fajar. Ada banyak sekali kesimpulan yang didapatkan dari diskusi tersebut. Takkan mudah untuk mencapai semua kesimpulan tersebut jika standar yang kita pakai hanyalah pengalaman pribadi. Mungkin inilah salah satu hikmah dianjurkannya silaturrahmi “berbagi pengalaman untuk dipelajari dan diterapkan dalam konteks pribadi”.

Salah satu kritik yang perlu dicamkan bahwa silaturrahmi itu jangan hanya ketika ada maunya saja. Rizki bisa didongkrak dengan menekan rasa malu dan individualis. Dan pesan Bang rego. ”Berproseslah dengan memperbanyak kuantitas silaturrahmi dengan teman-teman”,  karna sebuah jawaban biasanya akan muncul lebih cepat ketika dibenturkan dengan masalah dan masalah itu biasanya berasal dari interaksi yang kita lakukan dengan lingkungan.

Apalah arti berfikir jika terlepas dari nilai-nilai kehidupan. Tujuan kita berfikir pastinya untuk menghasilkan sebuah konsep yang kemudian kita implementasikan dalam kaehidupan sehari-hari. Nah disinilah peran Politik yang kita mainkan. Bagaimana caranya agar konsep yang kita buat bisa berjalan sesuai dengan rencana. Ketika kita tidak mempunyai rencana dalam memperjuangkan sebuah konsep, maka siap-siap kita akan menjadi bagian dari rencana orang lain. Ambil alih tali kekang pribadi  itu dalam memaknai kemerdekaan individu seutuhnya. Kita ini terkadang  terlalu melampaui zaman berfikir 1000 langkah lebih maju namun gerakan masih jalan di tempat NATO (red.not action talk only). “Pikiran moderat, perbuatan konservatif”, kilah bang Ikir. Dan kesimpulan yang kita dapat mulai sekarang, mottonya satu kata satu perbuatan.

Tak ada yang salah dengan langkah yang kita jalani sekang. Toh jika kita salah dalam mengambil star, kita harus mulai betanggung jawab seutuhnya terhadap pilihan tersebut. Fokus terhadap bidang yang kita ambil sekarang. Perkuat kapasitas dan jadikan politik sebagai pemulus jalannya. Mau akunkah itu? pemasarankah? Keuangankah? Dan yang lainnya kesemuanya itu dipelajari dengan seksama untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehingga pada akhirnya bisa mendatangkan manfaat untuk semesta. Mengamalkan Ilmu agar bermanfaat sebagai amal dalam memaknai Rahmatan lil’alamin, menebar rahmat untuk semesta.

Jadikan kejayaan masa lalu sebagai standar dalam menjalani kehidupan. Jika dulu mereka bisa mencapai sampai Z maka kitapun harus berusaha menuju Z. Sekalipun itu belum pasti, yang pastinya YAKUSA!! Yakin akan semua hal bahwa itu merupakan takdir yang telah ditetapkan Allah SWT. Usaha sekuat tenaga dengan mengerahakan seluruh daya dan upaya. Sampai, pada akhirnya usaha yang kita lakukan pasti menemui titik final dan pada titik inilah Takdir itu berada dalam makna yang sebenarnya.

Pada dasarnya masalah yang kita hadapi bisa diselesaikan dengan seberapa lihai kita mengkomunikasikan masalah tersebut. Dan komunikasi merupakan modifikasi dari Do’a. seberapa beratkah masalahmu? komunikasikan kepada Allah yang Maha segala-galanya. Dan komunikasi mesti dilakukan baik secara vertical yakni antara manusia dan Tuhan serta komunikasi secara horizontal yakni antara manusia dan manusia.


0 komentar:

Post a Comment