Thursday, 7 November 2013

Sarasehan SAINS Malabar

Jum’at, 16 Maret 2013

Tujuan penelitian yang sebenarnya ialah untuk pembelaan. Ketika kita sudah mengetahui data dan fakta yang sebenarnya maka akan timbul kesadaran yang hakiki atas apa yang kita pejuangan bukan sekedar teriak “hidup petani” tetapi kita tidak tahu petani mana yang kita perjuangkan, “hidup rakyat” tapi kita tak tahu rakyat mana yang kita perjuangkan.

Adakalanya ketika kita mengalami kemuakan politik disebabkan sudah mengakarnya system politik di tanah air. Kita tak tahu harus berbuat apa lagi ketika kita sudah mengerahkan apa yang kita tahu dan tetap tak mampu untuk melawan system. Kita harus merubah cara. Berjuang di abad 21 dengan memakai cara yang usang di abad 17, maka jangan berharap kita akan menang.

Kebijakan yang dibuat pemerintah sekarang ini bukanlah tempat yang pasti untuk mencari kententraman dan kedamain dalam  menyelesaikan masalah, Karna banyak dari pemerintah yang ngakunya memperjuangkan rakyat tapi pada faktanya kepentingan asinglah yang mereka dahulukan. Perusahan perusahan gede yang  ingin hengkang dari Indonesia karena masalah tuntutan kenaikan gajih buruh, tak jarang dari mereka yang tidak pamit kepada Presiden seakan pemerintah ini hanya tempat melegalkan bisnis mereka saja. Pemerintah bukan sebagai pemberi ketentraman tetapi mereka sebagai pemeberi izin bagi pihak asing dalam mengeksploitasi kekayaan Negara kita.

Banyaknya budaya kesenian Indonesia yang hilang Karena menejemen pemerintahan kita yang salah dalam menghargai dan mengapresiasi seni bangsa tapi sebaliknya pemerintah malah membuka pintu bagi kesenian kesenian luar untuk berkembang pesat di Indonesia. Maka tak heran jika sekarang pop-pop barat serta boyband korea lebih digandungi dibanding wayang kulit dan kesenian kesenian yang lain. Seakan-seakan pemerintah tak memberikan ruang untuk kesenian kita agar berkembang. Ironi ketika ada perhelatan seni antar negera yang memainkan wayang sunda itu adalah orang orang asing semua.  Bahkan mereka bisa memainkan sunda dengan manambahkan subtitle bahasa Inggris jika yang demikian bisa kenapa tidak kita kembangkan menjadi subtile dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

Mulailah peka terhadap kehidupan para petani. Bagaimana bisa mereka hidup sebagai petani sementara mereka tidak mempunyai lahan. Jatiluhur  itu pernah dicanangkan sebagai daerah  pengembangan pangan tapi perkembangan kesini kesini kok disana malah dibangun gedung gedung, yang katanya bakal dicanangkan sebagai kota Hollywood. Pokoknya jangan dulu deh pemerintah berangan-angan Swasembada pangan  jika lahan untuk pertanian tidak mencukupi, jadinya uthopis. Banyaknya masyarkat kapitalis yang membeli lahan pertanian rakyat menjadikan lahan pertanian tersebut menjadi sarang hama dan tidak produktif  lagi. Mungkin inilah wajah lain dari keserakahn kaum kapitalis. Jangan sampai harta itu berputar diantara orang  kaya disekitar kamu saja, intinya harus ada pemerataan kekayaan begitulah refleksi dari suroh Al Hasr ayat 7.

0 komentar:

Post a Comment