Wednesday, 6 November 2013

Keindahan Indonesia yang Tak Terjamah, Salah Siapa?

Negeri Indonesia yang begitu indah untuk di nikmati. Negeri Indonesia yang menakjubkan untuk diselami. Begitu banyak sejarah sejarah spetakuler yang lahir di bumi pertiwi. Sejarah peradaban kerajaan Majapahit yang begitu luas pada masanya. Adapula kerajaan Sriwijaya yang tak kalah hebat pada masanya. Keanekaragaman hewani dan hayati menjadikan Indonesia sebagai destination nomor wahid untuk dikunjungi oleh tourist asing maupun domestik. Waw sungguh Negeri yang menakjubkan.

Namun sayang beribu sayang, eksotika tropika Indonesia tak semuanya bisa menikmati. Banyak dari pribumi yang hanya mendengar kabar keindahan bumi tempat dimana ia berdiam hanya, dari semilir angin-angin berita, yang disampaikan dari mulut ke mulut. Mereka tak mampu untuk pergi menikmati kesemuanya secara langsung. karena kurangnya sarana yang harus mereka gunakan, baik berupa financial maupun moral.

Eits tunggu dulu. Kita lupa terhadap satu hal, bahwa  kita semuanya bisa menikmati panorama eksotika Indonesia tak hanya dengan mata telanjang. Kita bisa menikmati kesemuanya itu dengan membaca. Yah membaca sambil melatih meningkatkan kemampuan imajinasi kita. Namun lagi-lagi kita harus  bersabar. Karena kemampun bangsa kita dalam menulis dan menggambarkan sebuah fenomena masih sangat terbatas. Tidak sedikit mereka yang disebut sebagai mahasiswa ataupun seorang dosen yang rela menulis dan menggambarkan sebuah fenomena yang terjadi di bumi Indonesia. Entah mereka tak mau atau mereka belum mampu. Tetapi yang pasti, tak ada istilah tak mampu, yang ada mau dan tidak mau. Karena mereka adalah orang-orang yang sering kita kenal dengan kaum intelektual. Kaum yang konon kabarnya sering mengkaji ilmu pengetahuan dan berita-berita terkini. Lalu apa bukti nyata kesemua itu, jika bukan dalam bentuk tulisan. Karena kajian tanpa notulen itu sama halnya ngobrol ngalur-ngidul.

Para penulis Indonesia dalam setahun bisa  menghasilkan buku sebanyak  8 ribu judul. Beda kasta dengan kemampuan penulis Malaysia yang kuasa menerbitkan 150 ribu judul. Para penulis Vietnam mampu menerbitkan 45 ribu judul dalam rentang waktu setahun. Lalu kenapa Negara jiran yang konon kabarnya hanya memiliki luas teritorial tak lebih dari Provinsi Jawa barat, mampu menghasilkan buku yang berkali-kali lipat dibanding negeri tercinta yang penduduknya ak terkira. Artinya kesadaran kita belum begitu kuat dalam hal kepenulisan. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab terhadap fenomena tersebut dari total 244 juta jiwa penduduk Indonesia? Tentu jawabnya ialah kita semua. Karena jika berbicara Indonesia maka kita bicara pribadi-pribadi yang telah lahir dari rahim bumi pertiwi. So…masih bingung mau mulai dari mana? Belilah sebuah buku lalu tuangkan pengamatanmu dalam bentuk catatan harian. Mulailah berkarya dengan Hijrah. Ayo selami semangat hijrah sahabat Muhajirin .



0 komentar:

Post a Comment