Namun sayang beribu sayang, eksotika tropika Indonesia tak semuanya bisa menikmati. Banyak dari pribumi yang hanya mendengar kabar keindahan bumi tempat dimana ia berdiam hanya, dari semilir angin-angin berita, yang disampaikan dari mulut ke mulut. Mereka tak mampu untuk pergi menikmati kesemuanya secara langsung. karena kurangnya sarana yang harus mereka gunakan, baik berupa financial maupun moral.
Eits
tunggu dulu. Kita lupa terhadap satu hal, bahwa
kita semuanya bisa menikmati panorama eksotika Indonesia tak hanya
dengan mata telanjang. Kita bisa menikmati kesemuanya itu dengan membaca. Yah membaca
sambil melatih meningkatkan kemampuan imajinasi kita. Namun lagi-lagi kita
harus bersabar. Karena kemampun bangsa
kita dalam menulis dan menggambarkan sebuah fenomena masih sangat terbatas.
Tidak sedikit mereka yang disebut sebagai mahasiswa ataupun seorang dosen yang
rela menulis dan menggambarkan sebuah fenomena yang terjadi di bumi Indonesia.
Entah mereka tak mau atau mereka belum mampu. Tetapi yang pasti, tak ada
istilah tak mampu, yang ada mau dan tidak mau. Karena mereka adalah orang-orang
yang sering kita kenal dengan kaum intelektual. Kaum yang konon kabarnya sering
mengkaji ilmu pengetahuan dan berita-berita terkini. Lalu apa bukti nyata
kesemua itu, jika bukan dalam bentuk tulisan. Karena kajian tanpa notulen itu
sama halnya ngobrol ngalur-ngidul.
Para
penulis Indonesia dalam setahun bisa
menghasilkan buku sebanyak 8 ribu
judul. Beda kasta dengan kemampuan penulis Malaysia yang kuasa menerbitkan 150
ribu judul. Para penulis Vietnam mampu menerbitkan 45 ribu judul dalam rentang
waktu setahun. Lalu kenapa Negara jiran yang konon kabarnya hanya memiliki luas
teritorial tak lebih dari Provinsi Jawa barat, mampu menghasilkan buku yang
berkali-kali lipat dibanding negeri tercinta yang penduduknya ak terkira.
Artinya kesadaran kita belum begitu kuat dalam hal kepenulisan. Lalu siapa yang
harus bertanggung jawab terhadap fenomena tersebut dari total 244 juta jiwa
penduduk Indonesia? Tentu jawabnya ialah kita semua. Karena jika berbicara
Indonesia maka kita bicara pribadi-pribadi yang telah lahir dari rahim bumi
pertiwi. So…masih bingung mau mulai dari mana? Belilah sebuah buku lalu
tuangkan pengamatanmu dalam bentuk catatan harian. Mulailah berkarya dengan
Hijrah. Ayo selami semangat hijrah sahabat Muhajirin .
0 komentar:
Post a Comment