Tuesday, 7 January 2014

Oh Money Politik..

Menjelang Bulan Bulan pemilu, tentu tak asing bagi kita, ketika melihat sampah-sampah visual yang bertebaran dimana-dimana. Ada berbagai macam rupa orang yang menawarkan dirinya menjadi pemimpin. dalam benak saya, ini merupakan pertanda bagus. Setidaknya masa-masa "krisis kepemimpinan" akan terlewati. Karena selalu yang menjadi polemik dari sebuah pemasalahan adalah pemimpin. sebagian selentingan mengatakan. jika pemimpinnya baik, maka negaranya juga baik. seakan akan pemimpin adalah sosok yang pantas untuk menerima umpatan dari setiap permasalahan. Tapi bukan itu yang ingin saya bahas. Karena saya bukan orang yang berkompeten di bidangnya, hehe. 

Ada sedikit tulisan yang saya dapatkan dari sebuah buku yang berbicara tentang hal, yang paling sering dibahas dalam arena pemilihan. Entah itu pemilihan lurah, camat, bupati gubernur, presiden dan para wakil rakyat. Sesuatu yang sangat sering dibahas itu ' MONEY POLITIK '. yah itulah yang kadang kala menjadi polemik. kenapa antara satu calon dengan calon yang lain tidak mau mengalah yang biasanya berakhir dengan gugatan ke lembaga hukum.

Pada dasarnya money politik terjadi akibat dari ketidak berdayaan dan kurangnya kepercayaan diri parpol dalam mengikuti kontes pemilu. Disamping itu money politik juga terjadi akibat dari rasa takut ditinggalkan massanya, lebih lebih jika agenda kebangsaan atau kerakyatan ada yang belum dilakukan ketika ia berkuasa.

Dari segi apapun entah budaya, etika atau hukum. Money politik tidak dibenarkan. Sebab, ia cacat secara moral. Hanya mereka yang berduitlah yang bakal memenangkan kompetisi semacam itu. sementara parpol-parpol kecil yang tidak berduit akan tenggelam di balik budaya kotor tersebut dan mereka akan terus abadi di dalam kelemahan dan kekecilan. Selain itu, money politik merendahkan derajat manusia. Betapa tidak, nilai esensial dan eksistensial manusia untuk memilih dengan hati nurani secara bebas tergadaikan dengan politk uang yang terkadang tak seberapa nominalnya.

Prilaku polotik uang memberikan fenomena bahwa jabatan di bumi pertiwi ini, bagi para politikus bukan sebagai amanat/titipan rakyat. Tapi, hal itu dipandang sebagai sarana untuk mengakumulasikan kapital sebanyak-banyaknya. Maka wajar jika mereka rela menggelontorkan uang untuk menarik simpati rakyat karena mereka beranggapan bahwa uang itu akan kembali ketika mereka menjabat. Budaya semacam inilah nantinya yang bakal menumbuh suburkan budaya KKN pada saat mereka menjabat. Karena itu, sesungguhnya politik uang lebih menakutkan daripada praktik korupsi, kolusi dan nepotiseme. Karena politik uanglah yang menjadi sumber dari semua itu.

Yah semoga saja pemilu mendatang bersih dari Money Politik. Awal dari kehancurang dan sumber dari segala malapetaka.

0 komentar:

Post a Comment