Menjelang Bulan Bulan pemilu, tentu tak asing bagi kita, ketika melihat sampah-sampah visual yang bertebaran dimana-dimana. Ada berbagai macam rupa orang yang menawarkan dirinya menjadi pemimpin. dalam benak saya, ini merupakan pertanda bagus. Setidaknya masa-masa "krisis kepemimpinan" akan terlewati. Karena selalu yang menjadi polemik dari sebuah pemasalahan adalah pemimpin. sebagian selentingan mengatakan. jika pemimpinnya baik, maka negaranya juga baik. seakan akan pemimpin adalah sosok yang pantas untuk menerima umpatan dari setiap permasalahan. Tapi bukan itu yang ingin saya bahas. Karena saya bukan orang yang berkompeten di bidangnya, hehe.
Ada sedikit tulisan yang saya dapatkan dari sebuah buku yang berbicara tentang hal, yang paling sering dibahas dalam arena pemilihan. Entah itu pemilihan lurah, camat, bupati gubernur, presiden dan para wakil rakyat. Sesuatu yang sangat sering dibahas itu ' MONEY POLITIK '. yah itulah yang kadang kala menjadi polemik. kenapa antara satu calon dengan calon yang lain tidak mau mengalah yang biasanya berakhir dengan gugatan ke lembaga hukum.
Pada dasarnya money politik
terjadi akibat dari ketidak berdayaan dan kurangnya kepercayaan diri parpol
dalam mengikuti kontes pemilu. Disamping itu money politik juga terjadi akibat
dari rasa takut ditinggalkan massanya, lebih lebih jika agenda kebangsaan atau
kerakyatan ada yang belum dilakukan ketika ia berkuasa.
Dari segi apapun entah budaya,
etika atau hukum. Money politik tidak dibenarkan. Sebab, ia cacat secara moral.
Hanya mereka yang berduitlah yang bakal memenangkan kompetisi semacam itu.
sementara parpol-parpol kecil yang tidak berduit akan tenggelam di balik budaya
kotor tersebut dan mereka akan terus abadi di dalam kelemahan dan
kekecilan. Selain itu, money politik merendahkan derajat manusia. Betapa
tidak, nilai esensial dan eksistensial manusia untuk memilih dengan hati nurani
secara bebas tergadaikan dengan politk uang yang terkadang tak seberapa
nominalnya.
Prilaku polotik uang memberikan
fenomena bahwa jabatan di bumi pertiwi ini, bagi para politikus bukan sebagai
amanat/titipan rakyat. Tapi, hal itu dipandang sebagai sarana untuk
mengakumulasikan kapital sebanyak-banyaknya. Maka wajar jika mereka rela
menggelontorkan uang untuk menarik simpati rakyat karena mereka beranggapan
bahwa uang itu akan kembali ketika mereka menjabat. Budaya semacam inilah
nantinya yang bakal menumbuh suburkan budaya KKN pada saat mereka menjabat.
Karena itu, sesungguhnya politik uang lebih menakutkan daripada praktik
korupsi, kolusi dan nepotiseme. Karena politik uanglah yang menjadi sumber dari
semua itu.
Yah semoga saja pemilu mendatang bersih dari Money Politik. Awal dari kehancurang dan sumber dari segala malapetaka.
0 komentar:
Post a Comment