Postingan kali ini merupakan resume dari hasil bacaan saya dalam buku "islam kultural kiai Dahlan" yang dikarang oleh Abdul Munir Mulkhan,
Cobalah
sekali kali untuk keluar dari tempurung dan melihat dinamika pergerakan dengan
kaca mata yang lebih luar bukan berlandaskan kebenaran parsial ala pribadimu.
Di tengah kemajuan zaman yang semakin pesat ini, perkembangan manusia merupakan
salah satu perubahan yang tidak bisa terelakkan. Sehingga menuntut kita untuk
mengubah cara kita dalam berdakwah. Jika selama ini sangat identik dengan
metode strukturalisasi dengan menekankan pendekatan kekuasaan atau politik yang
lebih mengarah pada pedekatan hukum legal, maka di era sekarang kita harus
berhijrah ke strategi dakwah jamaah atau lebih akrab dengan sapaan dakwan
secara cultural._____
Pada
masanya kiai Dahlan merupakan sosok kiai yang dikenal dengan kiai liberal dan
kia kafir karena tindakannya yang sangat bertentangan dengan tradisi saat itu.
Namun apa yang dianggap liberal dahulu sekarang malah sudah dianggap biasa bila
tidak dikatakan menjadi sebuah tradisi yan apabila ditingalkan malah kelihatan
tabu. Diantarannya pembangunan tempat-tempat ibadah dipusat pusat keramaian
seperti pasar, terminal, tempat kerja dan sebagainya. Atau dalam bentuk
pendobrakkan tradisi pendidikan dimana kiai Dahlan sebagai pelopor meamasukkan
pelajaran agama di sekolah sekolah umum. Begitupun dalam hal berjilbab. Pada
masa Kiai Dahlanlah, jilbab mulai menjadi tradisi dikalangan umat islam
Indonesia. Adapan sejarah terjunnya perempuan dalam ranah public bukan barang
baru dalam sejarah islam. Dalam suatu riwayat pernah Siti aisyah, sitri nabi
terjun memimpin perang. Tentu hal ini buan tanpa kesadaran teoligis karena
peristiwa ini terjadi pada zaman nabi. Nampaknya harus ada pembaharuan dalam
memaknai tafsir klasik dalam menjawab tantangan global.___
Kebanyakan
dari kita seringkali lupa menyadari dasar dari sebuah keputusan diambil. Kita
menjadi terlalu miskin dalam berinisiatif dan kita biasanya hanyut dalam buaian
keputusan yang diambil pendahulu kita. Hal ini bisa kita lihat dari tradisi
Muhammadiyah. Diawal berdirinya, semangat untuk melakukan pembaruan malah pudar
digilas oleh symbol. Pembaruan hanya dimaknai ketika hanya mampu mendirikan
sekolah dasar sampai perguruan tinggi namun kurikulumnya manut ke diknas tanpa
pambaruan tradisi seperti yang dilakukan oleh kiai dahlan. Nampaknya harus ada
wacana revolusi kebudayaan organisasi. Harus ada proses yang mengarah pada
penggalian nilai-nilai histori awal mula berdirinya suatu lembaga tempat dimana
kita bernaung. Sehingga menjadi jelas alasan mempelajari ilmu sejarah, yakni
untuk mendalami semangat sejarah itu sendiri. Dan satu hal yang hurus diingat
oleh warga Muhammadiyah bahwa awal berdirinya merupakan lembaga yang bergerak
di bidang social budaya. Sehingga rasa ketertinggaln dari NU karena dari
kalangan mereka sudah ada yang pernah menjadi presiden harus dihilangkan dengan
berkaca kembali pada sejarah berdirinya Muhammadiayh. Dan indikator kemunduran
Islam secara keseluruhan juga bisa dilihat dari kawula mudanya. Dimana minat
baca mereka sangat kurang pada hal hal yang berbau tradisisonal seperti kitab
kuning dan hasrat mereka juga kurang terangsang dengan keilmuan modern yang
biasanya berumber dari Barat._____
0 komentar:
Post a Comment