Monday 24 March 2014

Sedikit Tentang HMI Cabang Bogor


Sebuah kalimat yang begitu mengena untuk fenomena yang kutangkap hari ini, bahwa prasangkalah yang terkadang membuat kita letih menjalani kehidupan ini. Selalu saja kebingungan yang menghampiri ketika ada niat untuk melakukan hal yang baru. Hari ini, aku banyak belajar dan mengamati pola-pola mereka yang lebih dahulu dibanding diriku dalam menjalani kehidupan ini. Kulihat Bang Karim gairah intelektualnya begitu menantangku untuk menulis dan terus membaca. Ada bang Arif Satria senior fema yang telah tekun menulis semenjak semester 4 dan berhasil tembus koran nasional. Dan sekali lagi keadaan kita (kader) sekarang jika dibanding dengan kehidupan yang mereka jalani menjadi teguran yang jelas. Mereka berorganisasi dengan rutinitas yang padat dan produktif namun bisa menyempatkan untuk mencari  tambahan uang saku dalam menjalani kehidupan mereka sebagai aktifis dengan menulis.

Beberapa hal yang kiranya mulai menjadi benang merah kenapa para senior Bogor angkatan 80-an daya intelektualnya masih begitu terasah. Karena mereka berada di lingkundagn hidup yang poduktif.. Yah mereka tinggal di asrama Felicia. Sebenarnya asrama tersebut bukanlah asrama HMI. Tapi kebetulan saja yang tinggal di asrama tersebut kebanyakan anak HMI-nya sehingga dengan sendirinya asrama tersebut, mengutip perkataan Gramsci, sedikit banyak sudah 'terhegemoni' dengan ke HMI-an. Mereka mulai dengan aktifitas kajian rutin. Pola perkaderan yang terstruktur. Setiap ba’da sholat mereka melakukan kultum (orasi santai) yang digilir setiap anggota asrama. Cerita ini langsung kudengar dari pelaku sejarahnya, yakni bang Arif Satria yang kebetulan menjadi salah satu pemateri. Dan menurut penuturan beliau semasa dia aktif di HMI, kebiasaan menulis memang telah dilatih dan dibiasakan mulai dari asrama tersebut. Hikmah yang bisa dipetik dari pengalaman tersebut, bahwa jika kita merupakan tipe manusia yang semangatnya mati hidup mati hidup. Maka kita harus mencari tempat mencharger semangat kita. Kita harus mencari lingkungan tersebut.

Dari pengamatan ku selama LK 2 HMI ini, ternyata semakin banyak pertemuan dan kebersamaan yang kita lakukan secara tidak langsung itu akan mengurangi prasangka kita, yang seringkali menjadi polemic source di HMI selama ini. Kuncinya hanya terletak pada komunikasi dan kebersamaan. Sehingga hal inilah yang harusnya kita agendakan kedepannya. Menciptakan momen momen yang bisa menggabungkan teman teman antar komisariat dalam satu forum. Sehingga prasangka-prasangka itu mulai terkikis oleh rasa persaudaraan yang didukung oleh keakraban yang harmoni.

Hari ini aku berkesempatan jadi moderator dalam acara LK2. Dalam beberapa hal terkadang kita biasannya dituntut oleh keadaan untuk bersikap lebih produktif. Malam ini hal itulah yang kualami dan kurasakan. Ketika aku menjadi moderator, aku terpaksa mendengarkan seluruh materi yang disampaikan oleh sang pemateri yang kebetulan malam ini disampaikan oleh bang Moni, salah satu senior perikanan. Terus terang banyak sekali hal menarik yang ingin kutuliskan malam ini. Menarik benang merah sejarah islam dari perjuangan nabi sampai terbentuknya HMI, itulah materi yang diulas. Jika kita melihat sejarah nabi mulai Habil dan Qobil pada masa nabi Adam, pertentangan antara fir’aun dan nabi Musa, bagaimana sifat seorang Qorun, bagaimana pula sikap yang diperankan oleh Haman menteri Firaun yang terkenal sebagai teknokrat licik, kisah nabi Daud  dan Goliath, maka kita akan menemukan benang merahnya, yakni melawan ketidak adilan, pemimpin yang dzolim, orang yang rakus  serta para teknokrat yang licik pragmatis opurtunis. Dan sampai saat ini pun, Prototype Qorun serta konco-koncone masih terus berkembang dan hidup sampai sekarang. Artinya kita sekarang ini sedang melanjutkan risalah nabi untuk melawan ketidak adilan dan Membela kaum mustad'afin dari cengkraman sang penguasa yang dzolim. Karena dunia tidak akan terpisah dengan sejarahnya.

Sebenarnya masih banyak yang ingin kuabadikan melalui tulisan malam ini. Tapi melihat beberapa minggu ini, bangun kesiangan menjadi teman sepermainan. Muncul hasrat untuk merubah kebiasaan tersebut. dan sekarang telah menujukkan pukul 00.33 dini hari. Aku selalu berharap dan berdoa kepada Allah yang Maha Menjaga untuk menjagakan apa yang kudapatkan hari ini, agar tidak terlupakan dan bisa menjelma sebagai manfaat di dunia nyata. Sungguh aku merindukan saat saat dimana aku begitu menikmati amal sholehku (red. Aktifitas produktif). Aku ingin menjadi manusia yang bermanfaat dengan komunikasi yang bagus. Kemampuan intelaktual yang mumpuni namun mudah menerjemahkannya dengan bahasa yang mudah difahami serta mengejawantahkannya menjadi entitas yang rahmatan lil 'alamin. Aku benar-benar ingin merasakan momen-momen tersebut dimana aku bisa menyatu dengan kebenaran dan kenyamanan dalam menapaki jalan menuju titik akhir kehidupan. 

"Aku yang sekarang bukanlah aku yang sebenarnya, aku yang sekarang sedang menuju aku yang sebenarnya, dan aku yang sebenarnya akan diketahui nanti ketika aku telah mati", adaptasi perkataan Ahmad Wahib.



0 komentar:

Post a Comment