Sebuah
kalimat yang begitu mengena untuk fenomena yang kutangkap hari ini, bahwa
prasangkalah yang terkadang membuat kita letih menjalani kehidupan ini.
Selalu saja kebingungan yang menghampiri ketika ada niat untuk melakukan hal yang baru. Hari
ini, aku banyak belajar dan mengamati pola-pola mereka yang lebih dahulu
dibanding diriku dalam menjalani kehidupan ini. Kulihat Bang Karim gairah
intelektualnya begitu menantangku untuk menulis dan terus membaca. Ada bang
Arif Satria senior fema yang telah tekun menulis semenjak semester 4 dan berhasil tembus koran nasional. Dan sekali
lagi keadaan kita (kader) sekarang jika dibanding dengan kehidupan yang mereka jalani
menjadi teguran yang jelas. Mereka berorganisasi dengan rutinitas yang padat
dan produktif namun bisa menyempatkan untuk mencari tambahan uang saku dalam menjalani kehidupan
mereka sebagai aktifis dengan menulis.
Beberapa
hal yang kiranya mulai menjadi benang merah kenapa para senior Bogor angkatan
80-an daya intelektualnya masih begitu terasah. Karena mereka berada di lingkundagn
hidup yang poduktif.. Yah mereka tinggal di asrama Felicia. Sebenarnya asrama
tersebut bukanlah asrama HMI. Tapi kebetulan saja yang tinggal di asrama
tersebut kebanyakan anak HMI-nya sehingga dengan sendirinya asrama tersebut,
mengutip perkataan Gramsci, sedikit banyak sudah 'terhegemoni' dengan ke HMI-an. Mereka mulai
dengan aktifitas kajian rutin. Pola perkaderan yang terstruktur. Setiap ba’da
sholat mereka melakukan kultum (orasi santai) yang digilir setiap anggota asrama. Cerita ini
langsung kudengar dari pelaku sejarahnya, yakni bang Arif Satria yang kebetulan menjadi salah satu pemateri. Dan menurut
penuturan beliau semasa dia aktif di HMI,
kebiasaan menulis memang telah dilatih dan dibiasakan mulai dari asrama
tersebut. Hikmah yang bisa dipetik dari pengalaman tersebut, bahwa jika kita
merupakan tipe manusia yang semangatnya mati hidup mati hidup. Maka kita harus
mencari tempat mencharger semangat kita. Kita harus mencari lingkungan
tersebut.
Dari
pengamatan ku selama LK 2 HMI ini, ternyata semakin banyak pertemuan dan
kebersamaan yang kita lakukan secara tidak langsung itu akan mengurangi
prasangka kita, yang seringkali menjadi polemic source di HMI selama ini. Kuncinya
hanya terletak pada komunikasi dan kebersamaan. Sehingga hal inilah yang harusnya kita agendakan kedepannya. Menciptakan momen momen yang bisa menggabungkan
teman teman antar komisariat dalam satu forum. Sehingga prasangka-prasangka itu mulai
terkikis oleh rasa persaudaraan yang didukung oleh keakraban yang harmoni.
Hari
ini aku berkesempatan jadi moderator dalam acara LK2. Dalam beberapa hal terkadang kita
biasannya dituntut oleh keadaan untuk bersikap lebih produktif. Malam ini hal
itulah yang kualami dan kurasakan. Ketika aku menjadi moderator, aku terpaksa
mendengarkan seluruh materi yang disampaikan oleh sang pemateri yang kebetulan
malam ini disampaikan oleh bang Moni, salah satu senior perikanan. Terus terang
banyak sekali hal menarik yang ingin kutuliskan malam ini. Menarik benang merah
sejarah islam dari perjuangan nabi sampai terbentuknya HMI, itulah materi yang diulas. Jika kita melihat
sejarah nabi mulai Habil dan Qobil pada masa nabi Adam, pertentangan antara
fir’aun dan nabi Musa, bagaimana sifat seorang Qorun, bagaimana pula sikap
yang diperankan oleh Haman menteri Firaun yang terkenal sebagai teknokrat
licik, kisah nabi Daud dan Goliath, maka
kita akan menemukan benang merahnya, yakni melawan ketidak adilan, pemimpin
yang dzolim, orang yang rakus serta para
teknokrat yang licik pragmatis opurtunis. Dan sampai saat ini pun, Prototype Qorun serta konco-koncone masih terus berkembang dan hidup sampai sekarang. Artinya
kita sekarang ini sedang melanjutkan risalah nabi untuk melawan ketidak adilan dan Membela kaum mustad'afin dari cengkraman sang penguasa yang dzolim.
Karena dunia tidak akan terpisah dengan sejarahnya.
Sebenarnya
masih banyak yang ingin kuabadikan melalui tulisan malam ini. Tapi melihat
beberapa minggu ini, bangun kesiangan menjadi teman sepermainan. Muncul hasrat untuk merubah kebiasaan
tersebut. dan sekarang telah menujukkan pukul 00.33 dini hari. Aku
selalu berharap dan berdoa kepada Allah yang Maha Menjaga untuk menjagakan apa
yang kudapatkan hari ini, agar tidak terlupakan dan bisa menjelma sebagai manfaat di dunia nyata. Sungguh aku merindukan saat saat dimana aku begitu menikmati
amal sholehku (red. Aktifitas produktif). Aku ingin menjadi manusia yang
bermanfaat dengan komunikasi yang bagus. Kemampuan intelaktual yang mumpuni namun mudah menerjemahkannya dengan bahasa yang mudah difahami serta mengejawantahkannya menjadi entitas yang rahmatan lil 'alamin. Aku benar-benar ingin merasakan momen-momen tersebut dimana aku bisa
menyatu dengan kebenaran dan kenyamanan dalam menapaki jalan menuju titik akhir kehidupan.
"Aku yang sekarang bukanlah aku yang sebenarnya, aku yang sekarang sedang menuju aku yang sebenarnya, dan aku yang sebenarnya akan diketahui nanti ketika aku telah mati", adaptasi perkataan Ahmad Wahib.
0 komentar:
Post a Comment