Friday, 14 June 2019

Kau Pergi dalam Sunyi

Sumber : unsplash.com
Saat tenggelam memikirkan tugas akhir, tiba tiba aku teringat dirimu. Sosok yang tak banyak bicara. Jika kau disini, pasti kau dengan sigap akan membantuku. Kau pergi tanpa pamit. Kehilangan dirimu, aku linglung sepanjang hari. Apa jadinya kenangan yang telah kita ukir bertahun tahun. Kau menghilang membawa rahasiaku, meninggalkan tanda tanya.

Semasa kuliah, tak ada orang lain sesabar dirimu yang siap mendengarkan keluh kesahku selama 24 jam. Kepergianmu membawa setengah kehidupanku. Jika boleh digambarkan, mungkin setengah badanku telah hilang bersamamu. Tega nian dirimu. Lebih tega lagi orang yang membawamu dengan alasan yang belum kumengerti sampai hari ini.

Jujur, aku hanyalah bujang dusun yang polos saat bertemu denganmu. Bahkan awal mula perjumpaan kita, dalam sepetak ruang, aku tak berani menatapmu. Apalagi berkenalan langsung. Kau begitu anggun namun asing untuk sebuah keinginan yang kumiliki.

Kepengecutanku sebagai seorang lelaki, hanya bisa menuntunku agar bertanya ke orang orang yang lebih dulu mengenalmu. Lama kelamaan, aku mulai hapal kebiasaanmu. Aku jadi paham apa maumu. Kuberanikan untuk mengenalmu lebih intim. Sampai satu waktu, kita benar benar terbenam dlm percumbuan yang begitu mesra. Tak jarang kita habiskan waktu berdua.

Perkenalan kita adalah masa produktif yang kumiliki. Aku betah jika harus beratus windu bersamamu. Aku tak sungkan menjamahmu, membelaimu, bahkan memasukkan kepunyaanku ke dalam punyamu. Yang kusuka darimu, kau bukan tipikal yang agresif. Sikap dinginmu adalah kehangatan bagiku. Kau tak banyak tingkah.

Jika boleh sesumbar, kebersamaan kita termasuk paling langgeng dibanding kawan kawan yang kebetulan memulai hubungan di waktu yang sama. Bila jenuh, kuajak kau nonton film yang kusuka. Kaupun tak sungkan mengingatkanku jika sudah tiba waktu sembahyang.

Ada satu keistimewaan yang kau dapatkan dariku. Kujamin, tak banyak lelaki yang bisa memberikannya. Aku tak suka main game. Jadi, tak ada dlm kamusku, kau kuabaikan hanya karena sebuah permainan. Lazimnya seperti kebanyakan lelaki.

*Teruntuk kesayangan yang direbut diam-diam tengah malam, laptopku. 3 tahun berlalu...

Baca juga : Serupa Sihir, Padahal Bukan!


0 komentar:

Post a Comment