Saturday 6 July 2019

Bumi Manusia : Ajakan Refleksi Berjamaah

Pemeran Film Bumi Manusia
Sumber: detikNews.com
Baru rilis dua hari lalu, film Bumi Manusia langsung trending ke-2 di youtube. Bukan hanya karena faktor pemeran, tapi ada banyak hal yang membuatnya jadi pusat perhatian. Film ini digarap oleh Hanung, sutradara ternamana Indonesia dengan beberapa karya fenomenal.

Tak kalah penting, Bumi Manusia adalah novel sejarah yang dibuat oleh Pramoedya semasa mendekam di penjara. Dalam kungkungan barak penampungan, pribadi Pram berjalan dari masa ke masa. Secara fisik ia memang terpasung di pulau Buru. Namun imajinasinya bergerak jauh melampaui ruang dan waktu.

Pram mengajak pembaca untuk melihat realitas masa lalu Indonesia. Zaman yang benar benar berbeda dengan kehidupan hari ini. Belum ada Indonesia. Bumi yang kita pijak masih bernama Hindia Belanda. Latar zaman, dimana pribumi adalah kasta terendah dibanding totok Belanda. Hak memperoleh pendidikan sangat sulit. Demi kuasa dan jabatan, perempuan dijadikan gundik persembahan oleh orangtuanya.

Dengan sudut pandang hari ini, rasanya apa yang dilakukan Belanda terlampau kelewatan. Datang jauh jauh ke negara orang lalu bertindak sewena wena. Indonesia dianggap sebagai perkebunan besar tempat mereka menambang uang. Lalu membawanya ke Belanda. Memaksa nenek moyang kita bercocok tanam komoditas yang hanya mereka perlukan, dan dibeli dengan harga murah.

Nenek moyang kita diberi sedikit pendidikan agar supaya mengerti bagaimana mencatat dan berhitung, guna menulis pembukuan perkebunan yang dikelola oleh kompeni (perusahaan) Belanda. Ya, sebagai sebuah negara, kita pernah melalui fase demikian. Saat semua masyarakat satu negara dijadikan alat produksi untuk menumpuk kekayaan negara lain. Pendidikan dijadikan sarana untuk membentuk mesin mesin pekerja yang mahir dan tunduk pada perintah.

Sebagai bangsa penjajah, mungkin Belanda sudah tidak lagi menapakkan fisiknya di Indonesia. Namun sebagai mental kolonial, jangan jangan dia terus bersemayam dalam pribadi individu dan golongan. Tanpa bermaksud menelanjangi, mari kita refleksi berjamaah. Benarkah pendidikan telah membuat kita merdeka atau malah menjadikan kita mesin pekerja?

Baca juga : Api Revolusi dari Pak Kiai

0 komentar:

Post a Comment