Thursday 4 July 2019

Magnet Internet

Curug Putri Kencana, Sentul.
Aku termasuk orang yang sulit menolak tawaran untuk berenang. Ada semacam candu yang terus memanggil untuk menjajal aktivitas satu ini berulang ulang. Apalagi jika momennya pas dan tidak ada agenda lain yang perlu dipertentangkan.

Menurutku, setiap persimpangan dilematis selalu saja diikuti kebimbangan bahkan tak jarang kehilangan. Yang lebih menyakitkan, bila kita terpaksa menelan pilihan yang menjadikan kita seperti orang lain. Syukurnya, hari ini aku tidak pada kondisi demikian. Hanya ada satu opsi, tanpa tekanan dan batas waktu. Aku Bebas. Sehingga kesegaran air curug Kencana terasa makin nampol!

Aku ingat betul, 2014 adalah awal mula pengalamanku mandi di curug sekitaran Sentul-Bogor. Belum ada tiket masuk. Pengunjung juga belum ramai. Lokasi pemandian masih kelihatan jarang dijamah. Jalan dari pintu gerbang menuju lokasi masih menapak tanah dengan pijakan ala kadarnya. Dandanan belum begitu masif.

Secara mengejutkan, lewat internet informasi tentang curug tersebar dengan cepat. Daya pikat poto dengan kualitas high dan judul tulisan yang bombastis, seperti "Surga yang tersembunyi di Bogor" berhasil menarik banyak pengunjung dari berbagai daerah di Jabodetabek. Ragam tulisan dan video testimoni dari pengunjung baru yang dilempar ke Internet melahirkan efek bola salju. Gelombang pengunjung terus bertambah dari waktu ke waktu.

Ya, wajah dunia dengan ritme gerak yang amat cepat ini murni peranakan globalisasi. Dengan mengetik beberapa huruf di kolom pencarian kita bisa mengakses beragam informasi dan kejadian di tiap belahan dunia. Dalam waktu lima menit kita bisa mengetahui aktivitas kawan kawan yang sengaja mengeksposnya di dunia maya. Dengan sekali klik tombol share kita bisa berbagi informasi ke ribuan bahkan jutaan manusia lintas daerah. Luar biasa!

Karena ragam informasi datang begitu cepat, menyebabkan manusia dengan mudah terjangkit stres. Bayangkan, bangun pagi langsung buka sosmed dan kita melihat orang orang dengan bermacam aktivitas yang terlihat menyenangkan.

Dalam waktu lima menit kita digiring pada kondisi membanding bandingkan. Di waktu bersamaan kita masih terjebak di atas kasur dengan aktivitas yang belum jelas.

Mungkin suatu saat, mengerem kebiasaan bersosmed adalah pilihan terbaik. Tapi itu nanti, karena segala sesuatu pasti ada plus minusnya. Untuk saat ini, biarlah eksistensi mendapatkan jatahnya sendiri. Karena setiap kelaparan pasti mendatangkan kematian. Termasuk kelaparan eksistensi. Betul gak?

Baca juga : Berguru Pada Alam

0 komentar:

Post a Comment