Thursday 21 November 2013

Komitmen dan Budaya Latah

Hari ini ada mata kuliah yang berbicara mengenai 'komitmen'. apa sih sebenarnya komitmen? tentu tanpa sadar kita juga mungkin pernah memakai kata 'komitmen' dalam percakapan kita sehari-hari. lantas apa makna dari komitmen itu? ada yang bisa jawab? O ow...Atau jangan-jangan kita hanya ikut ikutan trend dan kemudian hanyut terbawa arus. Jika memang benar begitu adanya, saya ucapkan 'selamat'. Karena anda telah gagal memaknai gelar mahasiswa sebagai pencapaian tertinggi dalam dunia pendidikan. tapi anda tidak perlu sedih...Karena saya adalah bagian dari kalian. gahahhaha...
Kenapa saya katakan kita telah gagal menjadi mahasiswa ketika kita tak mampu menggambarkan sesuatu?. karena Mahasiswa adalah orang-orang yang seharusnya telah bisa 'berfikir secara mandiri' berdasarkan pembacaan dia terhadap fenomena yang terjadi di alam dan nomena yang terjadi dibalik fenomena tersebut. Bacalah...!!! Segala sesuatu yang terjadi pasti tak lepas dari pola 'sebab akibat' dan 'aksi reaksi'. sederhanaya apa-apa tidak akan apa-apa jika tidak di apa-apakan. Nah...Proses dari sebab akibat inilah yang harus kita baca. Sebagai mahasiswa yang telah mempunyai pengalaman belajar begitu banyak, harusnya kita telah mampu membedah secara tajam fenomena yang terjadi dengan menggunakan pisau analisa kita.

Haddduhhh...Kok ngalur ngidul, heheh. Kembali ke point awal, komitmen yakni kesediaan diri dalam memegang teguh tujuan kita atau kemauan kita untuk mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan tugas. Di kelas tadi juga dibahas pedoman untuk meningkatkan komitmen organisasi. salah satunya yakni berkomitmen pada nilai-nilai kemanusiaan. Dengan kata lain, seluruh usaha yang kita lakukan, hendaknya bertujuan pada gerakan memanusiakan manusia. Semisal kita rela menyelenggrakan suatu acara karena dalam acara tersebut ada yang kita perjuangkan. bisa dalam bentuk dukugan, penggalangan masa, penyebaran data dan fakta yang tersembunyi selama ini dan lain sebagainya. Dan usaha yang kita lakukan murni dari komitmen kita dalam mengangkat nilai-nilai kemanusian tanpa ada ego sentris secuilpun.

Menjadi penting juga bagi kita untuk menghindari budaya 'latah', suka meniru-niru perkataan orang lain tanpa faham apa maksud dari perkataan tersebut atau disebut juga dengan membeo, yakni asal sebut tanpa maksud. Alangkah eloknya jika kita bisa memahami semua perkataan yang kita sebutkan. Katakanlah kita ingin menjadi orang 'kaya'. apa sih sebenarnya pengertian kaya itu? jika dilihat dari bahasa Arab kaya itu berasal dari Ghoniy yang artinya tidak butuh. Soo...Kaya itu bukan terletak pada tumpukan harta yang kita kumpulkan tapi lebih dari itu kaya adalah 'mentalitas'. Karena kita sudah kaya maka kita tidak butuh lagi untuk meminta, tidak butuh lagi bekerja, tidak butuh lagi berusaha dan sejenisnya. Tapi apa yang terjadi sekarang? Kebanyakan orang yang kita sebut orang kaya, masih suka bermain main dengan harta, meminta dan lebih parahnya mereka bahkan sampai merampas secara licik (red: Korupsi)

Dan yang pastinya, mahasiswa itu tidak sama dengan 'mahanurut'. Orang bahas penyadapan, dia nurut bahas penyadapan. Orang bahas korupsi, dia nurut bahas korupsi. Tetapi Mahasiswa idealnya orang yang mampu berfikir secara mandiri, tidak terhanyut oleh ilusi dan tidak tersulut oleh provokasi. (sekedar info, bahwa penulis merupakan mahasiswa yang sering hanyut dalam budaya 'Latah'. heheh)



0 komentar:

Post a Comment