Tuesday, 19 November 2013

Kudu Melihat Sejarah Secara Utuh

Aku sudah lelah melihat begitu banyaknya orang-orang yang tak sadar dengan kehidupan ini. Mereka seakan hanya melihat hidup ini hanya secara parsial. Mereka seakan-akan bisa menyimpulakn suatu masa ribuan tahun silam hanya dengan membaca sebuah buku. Lalu mereka klaim diri mereka faham betul akan sebuah fenomena dalam hal ini khususnya sejarah. 14 abad bukan lah kurun waktu yang singkat yang bisa kita kaji hanya melalui beberapa tulisan yang panjangnya  terkadang tak sampai 2 halaman. Cobalah kita lebih merealistiskan fenomena. Coba kita bayangkan kehidupan kita ini saja telah banyak f]eristiwa yang kita lalui. Apalagi masa rosul sampai ke masa sekarang.


Kita selalu berpijak pada titik puncak keberhasilan saja. Sementara kita lupa akan proses dialektika yang dilakukan dalam menggapai keberhasilan tersebut. jika ada tesis maka akan ada anti tesis yang dari keduanya tersebut akan mengahsilkan sintesis. Katakanlah disini kita ingin melihat kabanyakan kita umat islam dalam memandang masa kejayaan islam zaman Kholifah. Kita selalu memnuculkan nama Kholifah Harun Ar-rasyid sebagai kholifah yang memiliki karir cemerlang pada masanya. Dimana ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat. Tetapi yang kita ambil hanya sebatas pengetahuan tentang masa kejayaan tersebut saja. Tanpa mengkaji lebih dalam apa, kenapa dan bagaimananya. Kita terlalu senang dengan kebahagian para pendahulu kita dan akhirnya hanyut dalam pusaran euphoria keberhasilan semu tersebut. maka tak heran jika pada akhirnya kita stagnan dalam goa keberhasilan tesebut tanpa kita sadar jika kita telah terperangkap dan tertidur. Dan ketika bangun, baru kita sadar jika kita sudah berada pada masa yang berbeda.

Coba kita mau sedikit saja meluangkan waktu untuk kembali membaca literatur tentang masa kejayaan tersebut. maka kita akan menemukan kuci dari keberhasilan tersebut. pada masa Kholifa Harun, terjadi proses penerjemahan buku Yunani ke Bahasa Arab secara besar-besaran. Karena Kholifah harun sadar betul bahwa pada saat itu Yunani merupakan alah atu oase ilmu pengetahuan. Maka para penerjemahpun dikumpulkan untuk mengalih bahasakan buku-buku karya Plato, Aristoteles,  filsafat, phitagoras, dan karya-karya filsuf lainnya ke dalam bahasa Arab. Lantas, apa yang terjadi dengan kita, umat islam zaman sekarang?

0 komentar:

Post a Comment