Kita selalu berpijak pada titik
puncak keberhasilan saja. Sementara kita lupa akan proses dialektika yang
dilakukan dalam menggapai keberhasilan tersebut. jika ada tesis maka akan ada
anti tesis yang dari keduanya tersebut akan mengahsilkan sintesis. Katakanlah
disini kita ingin melihat kabanyakan kita umat islam dalam memandang masa
kejayaan islam zaman Kholifah. Kita selalu memnuculkan nama Kholifah Harun
Ar-rasyid sebagai kholifah yang memiliki karir cemerlang pada masanya. Dimana
ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat. Tetapi yang kita ambil hanya sebatas
pengetahuan tentang masa kejayaan tersebut saja. Tanpa mengkaji lebih dalam
apa, kenapa dan bagaimananya. Kita terlalu senang dengan kebahagian para
pendahulu kita dan akhirnya hanyut dalam pusaran euphoria keberhasilan semu
tersebut. maka tak heran jika pada akhirnya kita stagnan dalam goa keberhasilan
tesebut tanpa kita sadar jika kita telah terperangkap dan tertidur. Dan ketika
bangun, baru kita sadar jika kita sudah berada pada masa yang berbeda.
Coba kita mau sedikit saja
meluangkan waktu untuk kembali membaca literatur tentang masa kejayaan
tersebut. maka kita akan menemukan kuci dari keberhasilan tersebut. pada masa
Kholifa Harun, terjadi proses penerjemahan buku Yunani ke Bahasa Arab secara
besar-besaran. Karena Kholifah harun sadar betul bahwa pada saat itu Yunani merupakan
alah atu oase ilmu pengetahuan. Maka para penerjemahpun dikumpulkan untuk mengalih
bahasakan buku-buku karya Plato, Aristoteles,
filsafat, phitagoras, dan karya-karya filsuf lainnya ke dalam bahasa
Arab. Lantas, apa yang terjadi dengan kita, umat islam zaman sekarang?
0 komentar:
Post a Comment