Friday, 25 September 2015

Syiar Eksyar Lewat Pesantren


Pembahasan mengenai ekonomi syariah (Eksyar) sudah mulai ramai diperbincangkan, baik dalam lembaga struktural maupun non struktural. Sudah banyak lembaga pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi yang membuka study khusus mengenai bidang keilmuan ekonomi syariah. Bahkan dalam perhelatan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di beberapa kampus seperti Universitas Airlangga (Unair), peminat Fakultas Ekonomi Syariah sama membludaknya dengan peminat Fakultas Kedokteran.[1]


Dalam sektor kehidupan bermasyarakat, ekonomi syariah sudah menjelma dalam bentuk lembaga keuangan dan perbankan. Tak kurang dari 2.950 jaringan kantor bank syariah dan 22.000 gerai lembaga keuangan mikro syariah[2] yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia ikut mewarnai perekonomian masyarakatnya. Sebagai pemain baru, pertumbuhan ini sangat menakjubkan. Tak salah jika ekonomi syariah ini disebut sebagai “bocah ajaib”.

Melihat betapa besar minat terhadap keuangan syariah, sangat elok rasanya jika pemahaman tentang ekonomi berkeadilan ini ditanamkan lebih dini lagi. Tidak saja pada perguruan tinggi semata, tapi musti diberikan pembelajarannya pada bangku pendidikan yang lebih dini, seperti madrasah Ibdtidaiyah yang setara SD sampai ke madrasah Aliyah yang sejajar dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Lebih khusus lagi, sosialisasi mengenai bidang keilmuan ini musti dimulai dari setiap pesantren. Ekonomi syariah yang penulis maksud tentu tidak hanya dimaknai pada tataran teori saja tapi juga pemahaman pada sektor riilnya, yakni bagaimana cara berwirausaha dan lain sebagainya.

Memulai dari Pesantren

Ada banyak alasan kenapa sosialisasi mengenai ekonomi syariah musti dimulai dari pesantren. Pertama, perspektif masyarakat umum tentang pesantren sebagai pusat pembelajaran ilmu agama sudah tertanam kuat. Dengan demikian pemahaman bahwa berekonomi secara syariah sebagai bentuk dari ibadah spiritual yang diajarkan akan mudah diterima masyarakat. Kedua, santri sebagai bagian dari pesantren, biasanya datang dari pelosok-pelosok daerah. Tentu ini menjadi nilai lebih. Daya jangkau syiar akan lebih luas dan masuk ke pedalaman. Melihat jumlah santri sebagaimana disampaikan oleh Kementerian Agama, mencapai angka 3.759.198 orang[3] dan tersebar merata di seluruh penjuru tanah air. Ini menjadi peluang potensial dalam mensyiarkan ekonomi syariah.

Ditinjau dari lokasi, biasanya setiap pesantren berada di tempat-tempat strategis. Keberadaannya yang memang biasa di tengah pemukiman penduduk adalah alasan mengapa pesantren musti dijadikan basis dakwah dan pengamalan ekonomi syariah. Pondok pesantren merupakan lembaga yang sudah mendapatkan kepercayaan masyarakat sebagai tempat mempelajari dan memperdalam ilmu agama.

Realitas yang kita lihat selama ini, kebanyakan dari santri menemui kebuntuan paska menyelesaikan proses mondoknya. Seakan tidak ada pilihan lain, jika tidak menjadi ustadz atau melanjutkan kuliah, maka dia harus menganggur. Fenomena ini menemukan momentumnya manakala mereka diberi pembelajaran mengenai ekonomi syariah, khususnya pada sektor wirausaha. Dengan demikian, perkawinan antara ilmu pesantren dan ekonomi syariah akan menghasilkan dampak yang menarik. Tak hanya mahir berdakwah namun juga mahir dalam wirausaha. Stigma kaum santri hanya berkutat pada kitab kuning akan segera terpatahkan. Belom lagi jika melihat trend yang berkembang saat ini. Pesantren sebagai lembaga pendidilan Islam dan sosial sudah mulai mengepakkan sayapnya, berakulturasi dengan budaya modern. Sebut saja misalnya Pondok Programmer yang memadukan pembelajaran teknologi dengan penguatan ilmu agama. 

Akhir akhir kita juga sudah sering mendengar tentang peran pesantren yang tidak main-main dalam pengamalan ekonomi syariah. Banyak sekali gerakan yang sudah muncul ke permukaan sebagai bentuk perwujudan bahwa kaum santri bisa dijadikan sebagai pelaku potensial dalam syiar ekonomi syariah. Kita kenal ada Himpunan Pengusaha Islam (HIPSI) yang diinisiasi oleh kalangan pengusaha Nahdatul Ulama. HIPSI merupakan salah satu basis kaum sarungan di Indonesia. Lembaga ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan angka pengusaha di kalangan santri. Dari kaum santri inilah nantinya pemahaman mengenai ekonomi syariah akan mejalar ke akar rumput yang lebih dalam dan mengakar.  

2014 silam,  BI dan OJK juga sudah berkomitmen untuk memfasilitasi perkembangan ekonomi syariah. Melalui kerjasama dengan pondok pesantren, BI dan OJK menjadikan kawasan Jawa Timur (Jatim) sebagai pusat penerapan ekonomi syariah[4]. Melihat potensi Jatim yang memiliki jumlah pesantren sebanyak 6.000 dan 97% penduduknya adalah muslim. Tentu ini merupakan perpaduan dari gerakan struktural dan kultural yang menarik. BI dan OJK sabagai pucuk pimpinan di tatanan struktur saling membantu dengan pesantren yang menjadi basis masa kaum sarungan di tataran kultur.

Saling Membantu

Jika ekonomi syariah sudah mempunyai basis masa yang kuat dan sudah dipahami oleh kalangan masyarakat dengan benar, baik dalam segi teori maupun praktek, maka gerakan ekonomi syariah akan memberikan Snow Effect, mengelinding dan membesar di tengah masyarakat Indonesia. Tentu ini merupakan pekerjaan kita bersama. Melakukan apa yang bisa dibantu sesuai dengan kapasitas di bidang masing-masing. Sekali lagi, menjadikan pesantren sebagai basis gerakan dalam agenda sosialisasi ekonomi syariah adalah tindakan yang tepat. Pondok pesantren adalah pusat oase spritual umat. Pesan yang harus disampaikan adalah bahwa penerapan ekonomi syariah adalah salah satu ikhtiar penghambaan kita pada yang Maha Kuasa. Berekonomi dengan ekonomi syariah berarti menjadikan Allah sebagai tujuannya.

Perjuangan yang serius dari semua kalangan harus dilakukan guna menuai sukses dalam mejalani kehidupan di dunia. Karena ekonomi merupakan salah satu aktivitas yang menopang ibadah. Sebuah kegiatan yang tidak mungkin terlepas dari kerangka hidup seorang manusia. Tidak ada pilihan lain kecuali terus mencari formula yang benar dalam mengamalkan ekonomi syariah demi menggapai falah (Kemenangan).




[1]http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,2-id,52493-lang,id-c,daerah-t,Ekonomi+Islam+Masuk+Jurusan+Favorit+di+Unair-.phpx

[2] http://www.syariahmandiri.co.id/2012/12/mendorong-peran-bmt/

[3]http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/11/05/nejsko-bangun-ekonomi-pesantren-menag-petakan-trilogi-potensinya


[4] http://m.news.viva.co.id/news/read/555262-kembangkan-industri-syariah--ojk-bidik-pesantren

0 komentar:

Post a Comment