Tuesday 7 January 2020

Menanam Niat Lanjut Kuliah ke Luar Negeri

Sumber Ilustrasi: www.ican-education.com
“Hidup ini ibarat menyusun puzzle. Harus sering mencoba untuk menemukan pola.”

Suara lelaki di depanku terdengar lantang. Terdapat energi begitu besar dalam kalimatnya. Dia seniorku di HMI. Seorang Pembelajar sejati yang tidak pernah melepaskan impiannya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Aku duduk menyimak. Membiarkan kata-katanya meresap dalam kepala. Mengguyur kesadaranku yang sudah lama tertidur.

Di luar, malam semakin pongah melanggeng menuju peraduannya. Security terlihat mondar-mandir menjalankan tugasnya. Ciri khas hunian kelas menengah. Makin elit, makin terkesan individual.  Butuh penjagaan ketat untuk menghadirkan keamanan. Atas panggilan itulah satuan pengaman didatangkan.

Sebetulnya, bisa saja diberlakukan ronda malam selayaknya hidup khas pedesaan. Masing-masing penghuni mendapat giliran untuk meronda. Namun bagi manusia yang sudah terjebak oleh runititas kantoran, malam begitu penting untuk menge-charge tenaga. Esok pagi buta mereka harus berangkat kerja. Menenggelamkan diri dalam lautan deadline yang tak berkesudahan. Aih! Hanya menunggu waktu saja, aku pun akan hanyut dalam arusnya.

Di sinilah aku, menyerap semangat dengan ditemani secangkir kopi. Aku benar-benar menikmati perbincangan malam ini. Perihal membuka pintu ilmu pengetahuan. Di tengah dunia yang makin terbuka, ada banyak akses informasi yang bisa diperoleh. Syaratnya, kemampuan berbahasa. Itulah satu kesimpulan yang bisa kutarik.

“Ada banyak pengalaman yang bisa dikecap jika berkesempatan kuliah ke luar negeri. Apalagi jika beasiswanya di kampus ternama dunia,” ungkap kawanku.

Dicabutnya sebatang rokok kretek dari bungkus, lalu membakarnya. Dihembuskan asapnya ke udara, hingga menyeruak di sentero ruangan. Spontan, akupun melakukan hal serupa. Rokok memang senjata ampuh untuk mencairkan kebekuan.

Lalu dia melanjutkan ceritanya. Sebagai warga dunia, kita tidak dilahirkan dari kondisi negara yang serupa. Ada yang sudah start duluah jauh ketika yang lain masih berupa belum hadir di arena pacuan. Indonesia, dibanding negara-negara di Benua Eropa ataupun Amerika, termasuk anak bawang yang masih tertinggal banyak hal dalam pencapaian. Saat kita baru bisa merangkak, mereka sudah berlari.

Belajar ke luar negeri, bisa dianggap sebagai akselesari untuk melakukan lompatan peradaban. Menghentak diri dengan iklim yang jauh lebih ekstream. Jika semangat belajar bagus, kita bakal menjadi manusia maju. Anggap saja kita berkesempatan belajar ke Amerika, maka kita akan merasakan atmosfir pembelajaran dari negara yang jauh lebih maju ketimbang Indonesia.

Jangan jauh-jauh, saat memutuskan berkuliah di pulau Jawa saja, notabene jauh dari kampung halamanku di Palembang sana, aku mendapatkan banyak pengalaman baru. Mengenal budaya selain Sumatera. Dan itu menarik. Asik!

Pengalaman ke luar, apapun itu, akan membawa kita pada pemahaman yang lebih terbuka. Setidaknya ada banyak informasi yang bakal menambah alat baca kita dalam menerjemahkan realitas. Tidak sekedar meniliknya dari satu sudut pandang saja. Kita bakal menabrakan asumsi-asumsi yang kadung mengendap di kepala dengan realitas empiris. Melihat dari dekat segala hal yang belum dijamah. Intensitas pertemuan dengan hal-hal baru bakal memperkaya pemahaman kita sebagai manusia. Memang kadang gejolaknya besar, namun dari tabrakan pemahaman tersebut bakal lahir kebijaksanaan.

Aku tiba-tiba saja berpikir, saat imajinasiku sudah mulai menyentuh niatan beasiswa ke luar negeri, apakah ini bakal benar-benar terjadi di masa mendatang. Bukankah kebanyakan peraih beasiswa luar negeri selalu mengawalinya dengan harapan dan cita-cita. Ya, saat ini aku memang memimpikan lanjut kuliah ke luar Indonesia. Mudah-mudahan saja Tuhan mengabulkannnya. Aamiiin!

0 komentar:

Post a Comment