Tuesday, 15 July 2014

Tidak ‘Balance’ itu Sungguh Menakutkan

“Lieur urang euy”[1], itulah ungkapan rekan-rekan Baitut Tamkin Tazkia Madani (BTTM), ketika menemukan angka yang tidak balance di lembar kerjanya. Baru kurasakan ternyata kata balance juga kata yang menyeramkan di dunia kerja. Karena yang menjadi titik persoalan bukan semata benar dan salah yang mempengaruhi nilai seperti di perkuliahan. Di dalam dunia kerja, kata balance seakan menjadi sebuah taruhan yang vital. Jika kau salah dalam menjumlahkan,  dalam artian angka yang kau otak-atik di lembar kerja tidak menemukan titik balance, maka siap-siap nombok[2]. Bagi seorang  field officer atau yang lebih dikenal dengan sebutan karyawan lapangan, urusan pelaporan duit sangat erat kaitannya dengan honor yang akan mereka terima. Dalam hal ini kejelian dan ketelatenan mereka dalam mengatur uang masuk dan keluarlah yang menjadi taruhannya. Tak jarang para karyawan lapangan mendapati catatan pelaporan uang angsuran di BLK (sebutan lembar laporan keuangan) kurang, maka kekurangan itu akan diambil dari uang pribadi para karyawan lapangan.


Ada perasaan unik tersendiri ketika kita mengatur uang yang sebegitu banyaknya, namun hanya sedikit dari uang itu yang akan menjadi  milik kita. Sungguh perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Perasaan yang muncul adalah perasaan gerah yang tercipta dari tantangan yang bergandengan dengan rasa takut akan ganti rugi ketika uang yang kita laporkan, tidak sesuai dengan jumlah uang yang ada. Itu hanya sebagian kecil dari suka duka menjadi field officer. Dalam beberapa keadaan, malah ada anggota yang ngeyel. Ia mengeluhkan jumlah tabungannya yang tidak sesuai dengan pencatatan di BLK. Sehingga mau tidak mau kita sebagai karyawan lapangan yang bertanggung jawab di majelis tersebut, harus kembali menghitung buku tabungan si anggota, sampai menemukan letak kesalahan penulisan.

Biasanya, kesalahan bisa berbentuk salah dalam penjumlahan atau kekeliruan si anggota dalam melihat angka karena penulisannya yang multitafsir, semisal penulisan angka di tabungan, dilihat sekilas mirip angka nol namun dilihat dari sisi lain seperti angka delapan. Hehe dan di bagian inilah yang sangat menantang bagiku. Mungkin kau pernah mengerjakan soal teka-teki silang, Saat dimana kawan-kawanmu tidak tahu jawabannya, namun tiba-tiba dirimu berhasil menemukan jawaban yang dicari. Nah, seperti itulah rasanya ketika menemukan kesalahan dalam penulisan buku tabungan ini. Maklum, yang menulis dan menjumlahkan buku tabungan adalah para nggota BTTM sendiri, namun dicek dan dicocokkan oleh karyawan lapangan secara berkala. Tak jarang si ibu tetap keukeuh dengan pencatatan yang ada dibukunya. Dan ketika tahu dia bersalah, hanya senyum simpul yang diberikan sembari berucap “ooooohhhhh iyya ya pak”. Tanpa memperdulikan kita yang mencari-cari letak kesalahan tersebut setengah mati. Hadddeeuh, lieur urang euy…

Hari ini kembali kami mendapatkan kesalahan serupa. Dimulai dari kesalahan dalam pencatan buku tabungan sampai bertemu muka dengan kata-kata tidak balance. Ya bermula dari pembagian tabungan hari raya. Bayangkan, tabungan yang rutin diisi dan tidak pernah diambil kecuali hanya setahun sekali. Tentulah tabungan yang ‘wah nominalnya’. Ibarat pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama jadi setumpuk duit .” Bagiku itu sungguhlah merupakan jumlah yang banyak. Kurang lebih ada Rp 20.000.000 yang kami bawa hari ini dan semuanya habis tak tersisa. Yang tinggal hanyalah kesimpulan pencatatan yang tidak balance yang membuat kami binggung kelimpungan sungguh terlalu. Betapa tidak, di majelis ketiga yakni al firdaus, salah satu masyarakat binaan BTTM, kami menemukan selisih sebesar Rp 50.000. Untuk ukuran kesalahan pencatatan,  itu merupakan selisis yang fatal dan terlampau besar. Biasanya, tak lebih dari Rp 500- 5000-an. Dampak dari selisih itu, kami dipaksa untuk terus bergelut dengan angka-angka pada lembaran laporanan BLK. Namun tak kunjung juga ketemu dimana letak kesalahannya. Sehingga kami memutuskan untuk mebagi tugas. Usep,  kembali melanjutkan ke majelis 4 dan 5 sementara diriku, masih terus bergulat dengan angka-angka yang ada di BLK. Hampir satu jam sudah aku berjibaku dengannya. Dan akhirnya,  aku menemukan selisinya, dengan bantuan mbak Merlin, Admin BTTM. Ternyata dan ternyata, ada kekeliruan yang kulakukan, berupa kelalaian dalam memasukkan angka yang seharusnya di jumlahkan tetapi tidak dijumlahkan. Kesimpulannya,  ‘tidak balance’ itu sungguh menakutkan. Menjaga kejelian dan ketelitian, menjadi keharusan untuk memunculkan titik Balance.

Sebagai aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari , jika dalam kehidupan ini kita mengalami kesenangan, tidaklah disarankan untuk congkak & berbangga hati secara berlebihan, karena semuanya itu sifatnya hanya sementara. Suatu saat tentulah kesedihan  dalam tingkat yang serupa akan mengunjungi kita sehingga pada akhirnya, semuanya lunas dan seimbang. Dan sebaliknya, jika  kita mengalami kesedihan yang mendalam, janganlah terlalu murung berlebihan karena semua itu ada penyeimbangnya. Kebahagiaan dalam bentuk yang lain mungkin suatu saat akan datang. Meminjam bahasa Vetty Vera, “Yang sedang-sedang saja”.





[1] Pusing saya ey  (sunda)
[2] Mengganti rugi

0 komentar:

Post a Comment