“Lieur urang euy”[1],
itulah ungkapan rekan-rekan Baitut Tamkin Tazkia Madani (BTTM), ketika
menemukan angka yang tidak balance di lembar kerjanya. Baru kurasakan
ternyata kata balance juga kata yang menyeramkan di dunia kerja. Karena yang
menjadi titik persoalan bukan semata benar dan salah yang mempengaruhi nilai
seperti di perkuliahan. Di dalam dunia kerja, kata balance seakan menjadi
sebuah taruhan yang vital. Jika kau salah dalam menjumlahkan, dalam artian angka yang kau otak-atik di
lembar kerja tidak menemukan titik balance, maka siap-siap nombok[2].
Bagi seorang field officer atau
yang lebih dikenal dengan sebutan karyawan lapangan, urusan pelaporan duit
sangat erat kaitannya dengan honor yang akan mereka terima. Dalam hal ini
kejelian dan ketelatenan mereka dalam mengatur uang masuk dan keluarlah yang
menjadi taruhannya. Tak jarang para karyawan lapangan mendapati catatan
pelaporan uang angsuran di BLK (sebutan lembar laporan keuangan) kurang, maka
kekurangan itu akan diambil dari uang pribadi para karyawan lapangan.
Ada perasaan unik tersendiri ketika kita mengatur uang yang
sebegitu banyaknya, namun hanya sedikit dari uang itu yang akan menjadi milik kita. Sungguh perasaan yang tidak bisa
dijelaskan. Perasaan yang muncul adalah perasaan gerah yang tercipta dari
tantangan yang bergandengan dengan rasa takut akan ganti rugi ketika uang yang
kita laporkan, tidak sesuai dengan jumlah uang yang ada. Itu hanya sebagian
kecil dari suka duka menjadi field officer. Dalam beberapa keadaan, malah
ada anggota yang ngeyel. Ia mengeluhkan jumlah tabungannya yang tidak sesuai
dengan pencatatan di BLK. Sehingga mau tidak mau kita sebagai karyawan lapangan
yang bertanggung jawab di majelis tersebut, harus kembali menghitung buku
tabungan si anggota, sampai menemukan letak kesalahan penulisan.
Biasanya, kesalahan bisa berbentuk salah dalam penjumlahan atau
kekeliruan si anggota dalam melihat angka karena penulisannya yang multitafsir,
semisal penulisan angka di tabungan, dilihat sekilas mirip angka nol namun
dilihat dari sisi lain seperti angka delapan. Hehe dan di bagian inilah yang
sangat menantang bagiku. Mungkin kau pernah mengerjakan soal teka-teki silang,
Saat dimana kawan-kawanmu tidak tahu jawabannya, namun tiba-tiba dirimu
berhasil menemukan jawaban yang dicari. Nah, seperti itulah rasanya ketika
menemukan kesalahan dalam penulisan buku tabungan ini. Maklum, yang menulis dan
menjumlahkan buku tabungan adalah para nggota BTTM sendiri, namun dicek dan
dicocokkan oleh karyawan lapangan secara berkala. Tak jarang si ibu tetap keukeuh
dengan pencatatan yang ada dibukunya. Dan ketika tahu dia bersalah, hanya
senyum simpul yang diberikan sembari berucap “ooooohhhhh iyya ya pak”. Tanpa
memperdulikan kita yang mencari-cari letak kesalahan tersebut setengah mati.
Hadddeeuh, lieur urang euy…
Hari ini kembali kami mendapatkan kesalahan serupa. Dimulai dari
kesalahan dalam pencatan buku tabungan sampai bertemu muka dengan kata-kata
tidak balance. Ya bermula dari pembagian tabungan hari raya. Bayangkan,
tabungan yang rutin diisi dan tidak pernah diambil kecuali hanya setahun
sekali. Tentulah tabungan yang ‘wah nominalnya’. Ibarat pepatah, sedikit demi
sedikit lama-lama jadi setumpuk duit .” Bagiku itu sungguhlah merupakan jumlah
yang banyak. Kurang lebih ada Rp 20.000.000 yang kami bawa hari ini dan
semuanya habis tak tersisa. Yang tinggal hanyalah kesimpulan pencatatan yang tidak
balance yang membuat kami binggung kelimpungan sungguh terlalu. Betapa
tidak, di majelis ketiga yakni al firdaus, salah satu masyarakat binaan BTTM, kami
menemukan selisih sebesar Rp 50.000. Untuk ukuran kesalahan pencatatan, itu merupakan selisis yang fatal dan terlampau
besar. Biasanya, tak lebih dari Rp 500- 5000-an. Dampak dari selisih itu, kami dipaksa
untuk terus bergelut dengan angka-angka pada lembaran laporanan BLK. Namun tak
kunjung juga ketemu dimana letak kesalahannya. Sehingga kami memutuskan untuk
mebagi tugas. Usep, kembali melanjutkan
ke majelis 4 dan 5 sementara diriku, masih terus bergulat dengan angka-angka
yang ada di BLK. Hampir satu jam sudah aku berjibaku dengannya. Dan akhirnya, aku menemukan selisinya, dengan bantuan mbak
Merlin, Admin BTTM. Ternyata dan ternyata, ada kekeliruan yang kulakukan, berupa
kelalaian dalam memasukkan angka yang seharusnya di jumlahkan tetapi tidak
dijumlahkan. Kesimpulannya, ‘tidak balance’
itu sungguh menakutkan. Menjaga kejelian dan ketelitian, menjadi keharusan
untuk memunculkan titik Balance.
Sebagai aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari , jika dalam kehidupan ini kita mengalami kesenangan, tidaklah
disarankan untuk congkak & berbangga hati secara berlebihan, karena
semuanya itu sifatnya hanya sementara. Suatu saat tentulah kesedihan dalam
tingkat yang serupa akan mengunjungi kita sehingga pada akhirnya, semuanya
lunas dan seimbang. Dan sebaliknya, jika kita mengalami kesedihan yang
mendalam, janganlah terlalu murung berlebihan karena semua itu ada
penyeimbangnya. Kebahagiaan dalam bentuk yang lain mungkin suatu saat akan
datang. Meminjam bahasa Vetty
Vera, “Yang sedang-sedang saja”.
0 komentar:
Post a Comment