Aku akan kembali menceritakan pengalaman magang. Yah.. hari ini
merupakan hari kedua aku magang di Baitut Tamkin Tazkia madani (BTTM). Lagi lagi
aku harus menunduk malu karena di hari kedua ini aku kembali terlambat datang
ke kantor. Entah apa penyebabnya. Yang jelas aku sudah mewanti wanti sejak pagi
hari agar tidak telat. Seingatku, aku berangkat dari kontrakkan ketika jam
menunjukkan pukul 07.15. Aku tiba dikantor tepat pukul 07.30 lebih dua menit,
ketika para staf sudah mulai apel pagi. Sungguh permulaan yang tidak bagus.
Lagi dan lagi aku harus membuat pernyataan kesalahan dan membayar denda sebesar
dua ribu didepan teman-teman staf. Tapi tak apalah, mungkin ini juga caraku mengharagai budaya bangsaku. Bangsa yang hobi terlambat. Ups yang nasionalis jangan marah. hahah Sama seperti kemarin, manakala aku memasuki ruangan
ditengah apel yangsedang berlangsung, Caraku masuk seakan jadi fenomena yang
menarik untuk diamati. Dan pagi ini, dua kali aku menerima senyum SMT2 (senang
melihat teman telat) staf kantor.
Kebetulan di hari kedua, Adang mentor magangku yang kemarin, tidak
bisa hadir. Jadinya, aku ikut serta bersama Usep. Perkenalan singkatku
dengan usep sudah memberikan gambaran yang jelas bahwa dia merupakan sosok yang
gokil dan tengil. Bayangkan baru tiga bulan dia di BTTM ini, kurasakan pengaruh
guyonannya sudah melekat erat disini. Untuk
ukuran karyawan baru, dia terhitung cekatan dan suka menerima tantangan (ini tidak benar). 5
majelis yang dia handle adalah kelompok-kelompok yang berada di lokasi sukar
dijangkau. Tiga majelis berada di badan gunung pancar. Track menuju lokasi
sungguh membuat bulu ‘WAW’ berdiri segar. Betapa tidak, kami harus mendaki
tanjakan yang sisi kemiringannya begitu menantang. Belum lagi dengan kondisi
jalan yang tidak bersahabat. Jalan dengan kompesisi batu yang tajam-tajam,
dengan sukses membuat motor kita joget-joget. Dan tantangan terakhir, berasal
dari ibu-ibu kelompok gunung pancar ini. teman-teman BTTM yang sudah
pernah berinteraksi dengan mereka, sepakat bahwa kelompok yang satu ini
termasuk yang paling over talk aktif dibanding ibu-ibu yang lain. Sedangkan
kedua majelis (sebutan untuk ibu-ibu binaan) sisanya, terletak di sekitar lereng gunung. Keduanya berbeda rute
dengan ketiga majelis yang pertama tadi. Inilah kelima majelis beserta rutenya
yang menjadi santapan magangku hari ini.
Di majelis yang kedua, majelis al barokah, ada sedikit cerita yang
begitu menggelikan. Ketika kami sedang asyik dengan aktiftas kelompok BTTM.
Ada seorang anak dengan konco-konconya yang datang dengan membawa seutas tali lengkap dengan kambing. Lalu dia berhenti di depan rumah dimana majelis sedang
berlangsung dan merengek ke ibunya untuk minta dibelikan kambing
yang dibawanya tersebut. entah kambing siapa yang dibawanya, tapi yang jelas
fenomena itu suangguh menarik dan memaksaku untuk berfikir ulang terhadap
tingkah anak tersebut.
“ jika biasanya anak kecil menangis minta dibeleikan
mainan mobil-mobilan atau sejenisnya. Tapi tidak dengan anak yang ada dihadapan
kami ini. Dia merengek kepada ibunya untuk minta dibelikan kambing. Cool Boy.
Kaulah sosok anak yang tidak terkontaminasi oleh toksin globalisasi.
“ Tidak apa-apa yang kecil
yang penting kambing “ rengeknya. Tentunya dengan bahasa sunda. Karena bahasa
itulah yang dipakai disini. Bahasa yang membuatku ngiler untuk mencobanya.
Asli, ketika aku mencoba bahasa sunda, ada semacam akulturasi buhasa yang
memaksa pendengar untuk menyunggingkan senyum. Secara, bahasa halus yang dipadu
dengan kesangaran logat sumatera. Gak pas beuud.
( Ditulis Kamis, 19 Juni 2014)
0 komentar:
Post a Comment